Example 728x250
BeritaDaerahNasionalOpini PublikPendidikanUncategorized

28 Oktober 2025, Hari Sumpah Pemuda Ke-97 “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”: Pendidikan sebagai Gerak Transformasi di Era Disrupsi

5
×

28 Oktober 2025, Hari Sumpah Pemuda Ke-97 “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”: Pendidikan sebagai Gerak Transformasi di Era Disrupsi

Sebarkan artikel ini

Makassar//Divisinews.com,Peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-97 dengan tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” adalah panggilan tegas bagi institusi pendidikan di seluruh Indonesia. Sumpah 1928 adalah sebuah deklarasi pendidikan politik dan kebangsaan oleh kaum terpelajar. Kini, di tengah pusaran disrupsi digital dan tantangan polarisasi sosial, sekolah dan kampus harus menjadi laboratorium nyata untuk mewujudkan makna Bergerak dan Bersatu tersebut.

Sebagai dosen pendidikan, saya melihat bahwa makna Sumpah Pemuda bagi generasi saat ini harus diterjemahkan ke dalam tiga pilar aksi nyata dalam ekosistem pendidikan.

Example 325x300

Pilar Pertama, Gerak Inovasi (Pemuda Pemudi Bergerak)

Kata “Bergerak” di era modern tidak lagi sebatas demonstrasi fisik, tetapi lebih pada gerak inovasi, kreasi, dan kontribusi nyata berbasis ilmu pengetahuan. Tantangan pendidikan saat ini adalah memastikan pemuda-pemudi kita mampu: Menguasai Literasi Digital yang Kritis: Pemuda hari ini menghadapi kolonialisme baru berupa hoax dan disinformasi yang mengancam persatuan. Pendidikan harus membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis dan etika digital, menjadikan mereka penyebar “cahaya di tengah” (seperti filosofi logo HSP) yang mengutamakan kebenaran. Aksi Nyata: Integrasi mata pelajaran TIK dengan Pendidikan Kewarganegaraan, fokus pada media literacy dan digital citizenship. Menciptakan, Bukan Hanya Mengonsumsi: Pemuda harus didorong untuk menjadi pencipta solusi melalui sains, teknologi, dan kewirausahaan. Kampus dan sekolah harus beralih dari model ceramah pasif ke model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) yang memungkinkan siswa menyelesaikan masalah-masalah konkret di komunitas mereka.

Pilar Kedua Gerak Inklusivitas (Indonesia Bersatu)

Ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa adalah penegasan bahwa keberagaman adalah aset, bukan ancaman. Namun, persatuan ini perlu dipertahankan setiap hari, terutama dalam lingkungan pendidikan.

Pendidikan Berbasis Kebinekaan: Sekolah harus menjadi ruang aman (safe space) di mana perbedaan suku, agama, dan latar belakang dipandang sebagai kekuatan kolektif. Program pertukaran pelajar antar provinsi dan kolaborasi antar komunitas harus diintensifkan untuk menumbuhkan empati lintas budaya.

Penguatan Bahasa Persatuan: Bahasa Indonesia adalah pilar ketiga Sumpah Pemuda. Ironisnya, di era digital, banyak generasi muda yang abai terhadap kaidah bahasa yang baik dan benar.

Aksi Nyata: Pendidik harus menegaskan kembali Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan komunikasi formal, tanpa mengabaikan pelestarian bahasa daerah. Kampus harus memimpin riset-riset ilmiah dalam Bahasa Indonesia.

Melawan Intoleransi: Guru dan dosen harus menjadi garda terdepan dalam membangun kesadaran bahwa kolaborasi (seperti yang dilambangkan oleh gerak melingkar pada logo HSP) hanya bisa terwujud jika ada toleransi dan penghargaan terhadap martabat manusia.

Pilar Ketiga Revitalisasi Peran Guru

Semangat Sumpah Pemuda yang lahir dari para pemuda terpelajar mengharuskan para pendidik saat ini untuk berani melakukan revolusi personal:

Guru bukan hanya mengajar subjek ilmu, tetapi menggerakkan subjek bangsa. Guru harus menjadi model gerak yang progresif (panah ke kanan pada logo HSP) dan berani ditempa kesulitan (simbol Besi) untuk menghasilkan cahaya. Ini berarti Guru Pembelajar, Terus menerus meng-update diri dengan teknologi dan metodologi pendidikan terbaru. Guru Penggerak: Mampu mendorong siswa untuk berorganisasi, berkolaborasi, dan terlibat aktif dalam kegiatan sosial, bukan hanya mengejar nilai akademis semata.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 adalah momentum bagi seluruh komponen bangsa, terutama sektor pendidikan, untuk melakukan re-sumpah: berjanji untuk menggerakkan seluruh potensi pemuda melalui pendidikan yang relevan, transformatif, dan berjiwa kebangsaan, demi mewujudkan Indonesia yang Bersatu dan Tangguh di masa depan.

Salah satu contoh program pendidikan yang dapat mengaktualisasikan “pemuda pemudi bergerak, Indonesia bersatu ini ialah dengan program Laboratorium “Gagasan Digital Anti-Disrupsi” (Fokus: Bergerak & Etika Digital)

Program yang bertujuan mengubah pemuda dari konsumen pasif menjadi kreator dan penjaga ruang digital yang sehat. Menumbuhkan kecakapan literasi digital kritis dan melawan penyebaran hoax yang mengancam persatuan. Siswa/mahasiswa diberikan pelatihan intensif tentang teknik verifikasi informasi dan identifikasi deepfake atau narasi polarisasi.

Kampanye Positif Bersama bisa dilaksanakan dengan membentuk tim “Relawan Literasi Digital Pemuda” yang bertugas membuat dan menyebarkan konten edukatif (infografis, video singkat, podcast) yang mempromosikan persatuan, toleransi, dan etika berinteraksi di media sosial. dengan hasil akhinya yang diinginkan yaitu Peningkatan Indeks Literasi Digital di lingkungan sekolah/kampus dan terciptanya minimal satu kampanye digital nasional yang masif oleh pemuda.

Herawati Syamsul,S.Pd.I.,S.H., M.Pd.

Dosen Pendidikan UKJP

Editor: Saldi Syarif
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *