Divisinews.com, Sulawesi Barat – Menanggapi keresahan publik terkait insiden pengancaman bersenjata tajam yang melibatkan sekelompok massa di Papalang, Kabid Humas Polda Sulawesi Barat, Kombes Pol Slamet Wahyudi, hari ini Selasa (23/9/25) menggelar konferensi pers untuk menyampaikan perkembangan signifikan terkait penanganan kasus tersebut.
Dalam keterangannya, Kombes Pol Slamet Wahyudi menjelaskan bahwa kasus ini bermula dari Laporan Polisi Nomor: LP/B/285/VIII/2025/SPKT/RESTA MAMUJU/SULBAR tertanggal 22 Agustus 2025.
Laporan ini segera ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Perintah Penyidikan Nomor: SP.Sidik/83/VIII/2025/SATRESKRIM pada tanggal 29 Agustus 2025, menandakan keseriusan pihak kepolisian dalam mengungkap dan menuntaskan perkara ini.
“Kasus ini berawal dari perkelahian antar pelajar yang melibatkan Saudara Hairul Isyam dari Lingkungan Kuridi dengan Saudara Asran dari Desa Rante Doda,” terang Kombes Pol Slamet Wahyudi.
Ia melanjutkan, insiden tersebut kemudian memicu reaksi berlebihan dari sekitar 30 warga Lingkungan Kuridi yang datang ke Kasambang dengan membawa senjata tajam, mencari pelaku penganiayaan Hairul.
Puncak ketegangan terjadi pada Jumat, 22 Agustus 2025, ketika tiga dari kelompok massa tersebut, yang kini telah diidentifikasi sebagai NR (42), BHR (70), dan AH (54), melakukan pengancaman langsung terhadap Nismawati dan putrinya, Hafifa Damara Lestari alias Afifah.
Para pelaku, dengan parang dan samurai terhunus, secara bergantian mendatangi kedua korban, seolah-olah hendak menyerang, yang menyebabkan Hafifa Damara berteriak histeris ketakutan.
Berkat gerak cepat aparat kepolisian, ketiga terduga pelaku berhasil diamankan. Dari tangan para pelaku, petugas menyita sejumlah barang bukti yang menguatkan dugaan tindak pidana, antara lain:
• Satu buah samurai bergagang hitam keemasan dan sarung hitam sepanjang 92 cm.
• Dua buah parang dengan berbagai ukuran, salah satunya dililit kain merah.
• Beberapa potong pakaian yang diduga dikenakan pelaku saat kejadian, termasuk baju kaos tanpa lengan, blangkon, dan topi.
• Satu unit flashdisk yang berisi rekaman video berdurasi 1 menit 38 detik, yang menjadi salah satu bukti kunci dalam penyidikan.
Kabid Humas menegaskan bahwa para pelaku akan dijerat dengan Pasal 335 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pengancaman, serta Subsider Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata tajam tanpa hak.
“Kami berkomitmen untuk menindak tegas setiap bentuk tindakan kriminal yang mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Proses hukum akan berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” tutup Kombes Pol Slamet Wahyudi, seraya mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dan menyerahkan setiap permasalahan kepada pihak berwajib.
Humas Polda Sulbar