banner 728x90
banner 728x90

Kasus Demam Berdarah di Takalar Sulsel Melonjak, 2 Pasien Meninggal

banner 728x90

Divisinews.com,Takalar– Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) melonjak di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Takalar, terdapat 27 pasien DBD pada Januari 2025.

Kecamatan Mangarabombang dan Kecamatan Polongbangkeng Utara adalah kecamatan dengan warga penderita DBD terbanyak.

Di dua kecamatan tersebut, tercatat masing-masing delapan warga menderita DBD.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Takalar, Hajil Muhammad mengatakan lonjakan ini adalah fenomena tahunan saat masuk musim hujan.

“Setiap tahun begitu. Setiap masuk musim hujan, membludak,” ujarnya di Takalar, Jumat (24/1/2025).

Dari 27 pasien DBD yang dirawat sepanjang Januari 2025, dua pasien meninggal.

“Dua pasien meninggal dunia. Tapi, dua pasien itu disertai penyakit penyerta,” jelas Hajil.

Hajil mengimbau kepada masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala panas disertai perasaan dingin.

Karena itu adalah gejala awal penyakit DBD.

Menurutnya, biasanya warga hanya mengandalkan obat penurun panas yang dijual di warung campuran jika gejala tersebut.

“Perlu disampaikan kepada masyarakat untuk memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat jika mengalami gejala panas dingin, gejala DBD. Karena biasanya masyarakat hanya mengandalkan obat penurun panas yang dijual di toko-toko,” jelasnya.

“Bahayanya, jika tidak dilakukan penanganan yang tepat, penyakit semakin parah. Apalagi jika darah sudah keluar dari hidung,” tambahnya.

Diketahui, penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk ini berkembang biak di tempat penampungan air dalam kondisi cuaca yang lembab.

Waktu perkembangbiakan nyamuk ini adalah selama tujuh hari.

Penyebab Tingginya Kasus DBD

Dinas Kesehatan Takalar menerjunkan tim untuk menyelidiki penyebab tingginya kasus DBD.

Hajil Muhammad mengatakan hasil penyelidikan menemukan bahwa kurangnya perilaku hidup bersih dari masyarakat.

“Jadi dari hasil penyelidikan, ternyata penyebabnya perilaku hidup bersih yang masih kurang bagus di masyarakat,” katanya, Jumat (24/1/2025).

“Masih banyak masyarakat yang membiarkan adanya air tergenang dalam dalam waktu yang lama di penampungan atau du tempat air, di mana itu dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD,” tambahnya.

Pihaknya menyusun upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai DBD.

Upaya pencegahan yang dilakukan adalah sosialisasi dan pembagian abate gratis.

Abate adalah serbuk yang berfungsi membunuh jentik nyamuk di dalam air.

Sementara upaya pemutusan mata rantai adalah fogging.

Fogging adalah kegiatan menyemprotkan asap atau kabut berisi insektisida yang dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti.

“Kami telah turun ke lapangan. Semua lokasi telah kami fogging. Tujuannya memutus mata rantai penyebaran DBD. Karena fogging itu membunuh langsung nyamuk Aedes aegypti,” jelas Hajil.

Reporter: Saldi Syarif

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *