banner 728x90
banner 728x90

Renovasi SDN 95 Campagaya Takalar Terhambat Sengketa Lahan, Aktivitas Belajar Terganggu

banner 728x90

Divisinews.com,Takalar-Kelanjutan renovasi SDN 95 Campagaya, Tamasaju, Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulsel masih terhenti akibat sengketa lahan yang belum terselesaikan.

Kepala Dinas Pendidikan Takalar, Darwis mengungkapkan bahwa pihak ahli waris sebenarnya tidak keberatan jika lahan tersebut digunakan sebagai area sekolah.

“Sudah ada mediasi dari kejaksaan. Pada dasarnya mereka tidak keberatan sepanjang lahan itu digunakan untuk pendidikan,” ujar Darwis, Rabu (22/1/2025).

Namun, ahli waris meminta kompensasi kepada Pemerintah Kabupaten Takalar, yang hingga kini belum bisa dipenuhi karena ketiadaan dasar hukum yang jelas.

“Pemerintah tidak bisa memberikan kompensasi tanpa landasan hukum. Pihak yang merasa memiliki hak atas lahan juga tidak mau menempuh jalur hukum. Kalau pemerintah memberikan kompensasi tanpa dasar yang jelas, nantinya bisa menimbulkan masalah. Misalnya, pemerintah membeli lahan yang ternyata asetnya sendiri,” jelasnya mengatakan.

Ketua Bidang Aset Pemkab Takalar, Amirullah, mengatakan pihaknya saat ini masih menunggu arahan lebih lanjut dari kejaksaan.

“Kami menunggu arahan dari kejaksaan setelah mediasi dilakukan. Apakah nanti akan menempuh jalur hukum atau ada solusi lain,” katanya.

Akibat sengketa ini, renovasi SDN 95 Campagaya yang seharusnya dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2021 tidak dapat dilanjutkan.

Saat ini, tiga ruang kelas sudah tidak layak digunakan, sementara ruang kelas lainnya rusak parah.

Sebagai solusi sementara, pihak sekolah sempat menerapkan sistem masuk siang.

Namun, sistem ini dianggap tidak efektif dan akhirnya dihentikan. Kini, para siswa harus belajar secara bergantian menggunakan ruang kelas yang masih berfungsi.

Kepala Sekolah SDN 95 Campagaya, Haji Mirati, menjelaskan bahwa renovasi terhambat akibat klaim dari pihak yang mengaku sebagai ahli waris lahan.

“Material pembangunan sudah tersedia, kecuali spandek untuk atap. Ketika atap mulai dibongkar, pihak ahli waris menghentikan seluruh aktivitas renovasi secara paksa. Dari situ, renovasi terhenti, dan sekolah ini terbengkalai,” kata Mirati.

Kondisi sekolah yang tidak memadai membuat jumlah siswa di SDN 95 Campagaya menurun drastis.

“Dulu, jumlah siswa kami mencapai 150 orang. Sekarang hanya tersisa 130 siswa. Pendaftaran siswa baru untuk kelas 1 juga turun drastis. Biasanya ada 30-40 pendaftar, sekarang hanya 12 orang,” tutur Mirati.

Ia berharap permasalahan sengketa lahan ini segera diselesaikan agar proses renovasi dapat dilanjutkan dan aktivitas belajar mengajar kembali berjalan optimal.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *