Sukabumi, Divisinews.com – Suasana haru bercampur lega terlihat di wajah para penggarap lahan Desa Parakansalak, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi, setelah polemik pencabutan tanaman di lahan desa akhirnya menemukan titik terang. Masalah yang sempat memicu kekecewaan para penggarap itu kini dipastikan hanya akibat mis-komunikasi, dan telah diselesaikan secara baik melalui musyawarah.
Polemik ini bermula ketika tanaman cabai dan beberapa tanaman produktif milik penggarap dicabut saat lahan desa akan digunakan untuk program baru. Para penggarap, yang selama ini menyewa dan mengolah lahan seluas sekitar 2.400 meter persegi, merasa kaget karena pencabutan terjadi tanpa pemberitahuan langsung.
Salah satu penggarap, Dede Supriatman (57),mengaku awalnya merasa kecewa karena tanaman yang ia tanam baru berusia dua bulan dan ditaksir bernilai cukup besar. Namun setelah dilakukan dialog antara penggarap, pihak desa, dan pihak terkait, suasana pun mencair.
“Alhamdulillah, ternyata ini hanya salah paham saja. Kami sudah diberi penjelasan dengan baik. Sekarang hati saya sudah lega,” ujar Dede saat ditemui di gubuk kecil tempat ia beristirahat.
Dalam proses penyelesaian, Kepala Desa Parakansalak, Rini Mulyani, A.Md., turut hadir dan menjelaskan bahwa tidak ada unsur kesengajaan untuk merugikan penggarap. Rini menegaskan bahwa kesalahan ini murni akibat kurangnya komunikasi antara pihak yang akan menggunakan lahan dan para penggarap yang masih aktif mengolahnya.
“Kami tidak ada niat merugikan warga. Hanya miss informasi saja. Yang penting sekarang semua sudah jelas, dan kami sepakat menyelesaikannya dengan baik,” ungkap Rini Mulyani.
Penjelasan tersebut membuat para penggarap merasa dihargai dan akhirnya memahami kondisi sebenarnya. Mereka menerima klarifikasi tersebut dengan hati yang lebih lapang.
Kini, kedua pihak sepakat menyelesaikan persoalan ini secara musyawarah dan kekeluargaan. Penggarap berharap penggunaan lahan ke depan dapat disertai komunikasi yang lebih baik agar kesalahpahaman tidak kembali terjadi.
Kesepakatan ini menjadi bukti bahwa dialog terbuka mampu mengurai perbedaan, sekaligus menjaga hubungan harmonis antara masyarakat dan pemerintah desa.
“Yang penting kita saling menghargai dan terbuka. Alhamdulillah sekarang semuanya sudah jelas,” tutup Dede.
Dengan berakhirnya polemik ini, para penggarap dapat kembali melanjutkan aktivitas mereka, sementara Desa Parakansalak dapat meneruskan program yang direncanakan dengan suasana yang lebih kondusif dan penuh keharmonisan.











